Untukmu Akhwat atau Wanita: Cari Jodoh, Bukan Menanti

Untukmu Akhwat atau Wanita: Cari Jodoh, Bukan Menanti


Pada saat pernikahan adik ipar di Lamongan, kami kedatangan tamu istimewa. Seorang ustadz senior di sebuah pesantren di Gresik. Mengobrollah kami dengan santai di teras, berbicara tentang banyak hal.

Kemudian di penghujung pertemuan, istri saya menjelaskan bahwa beliau ini adalah orang tua yang sukses menjodohkan anak-anaknya dengan laki-laki yang berkualitas. Baik dari sisi pendidikannya, agama dan
akhlaknya, maupun prestasinya.  Padahal anaknya banyak dan semuanya perempuan. Istri saya mengetahui semua itu, sebab beliau adalah guru istri saya sewaktu masih bersekolah di pesantren di Gresik. Dan salah satu anak perempuannya yang ketika itu ikut berkunjung ke rumah adalah teman akrab istri saya.

Penjelasan istri saya ini menarik perhatian saya, sehingga bertanya-tanya apa yang menjadi rahasia kesuksesan beliau menjodohkan anaknya dengan orang hebat-hebat tadi? Bukankah (setahu saya) seringkali wanita berada pada posisi sulit untuk mendapat jodoh terbaik karena dia berada pada posisi menunggu jodoh?

Waktu itu beliau menjelaskan, bahwa kuncinya adalah pihak wanita jangan menanti, tapi mencari. Pengertian mencari di sini adalah berusaha menemukan pemuda-pemuda berkualitas, lalu memintanya untuk menikah dengan anaknya. Dengan cara ini paling tidak ada dua kelebihan yang didapat, yaitu menang milih dan memangkas waktu. Akan didapat bibit unggul, dan waktunya jadi lebih cepat untuk dapat jodoh. 

Baca juga: cara menjadi calon istri idaman
Baca juga: kelebihan suami jauh lebih tua

Penjelasan beliau ini membuat saya tertegun merenung. Sebuah keberanian strategi untuk mendapat jodoh terbaik demi anaknya. Mengenai kelebihan pertama; menang milih, saya pikir benar juga adanya. Sebab ketika mencari, berarti memungkinkan memiliki beberapa alternatif laki-laki yang akan “ditembak” menikah dengan anaknya. Maka dia yang menyeleksi, bukan diseleksi. Dan dipilihlah laki-laki yang terbaik.

Hal ini berbeda jauh dengan menanti. Wanita jadi menunggu, sedang yang datang belum tentu sekualitas yang diharapkan. Dengan kondisi ini terkadang muncul pemikiran, apa boleh buat laki-laki itu yang telah datang berniat melamarnya. Kalau ditolak jangan-jangan jodohnya akan makin jauh. Padahal bisa jadi kalau si wanita, entah dengan perantara orang tua atau siapa (dengan cara yang syar’i bukan pacaran), mau aktif mencari ada kemungkinan didapat yang terbaik. Ini masalah jodoh, penentu dunia dan akhirat, maka harus berupaya yang maksimal.

Kemudian mengenai kelebihan kedua; bisa memangkas waktu, saya pikir benar juga adanya. Ketika seorang wanita menanti jodohnya, maka seringkali waktu berjalan tanpa ada laki-laki yang melamarnya. Atau ketika datang, tidak sesuai kriterianya sehingga ditolak. Atau laki-laki yang mundur karena setelah didalami katanya tidak cocok. Kemudian pihak wanita menanti lagi. Semua ini memerlukan waktu. Padahal jika aktif mencari, bisa memangkas waktu tersebut.

Ketika ustadz tamu kami itu menerapkan strategi mencari bukan menanti, alasan beliau adalah karena melihat realita anak-anak saudaranya. Anak-anak wanita saudaranya ini banyak yang sudah berumur belum juga datang jodohnya. Akhirnya hidup dalam ketidakpastian jodoh. Harus menanti dengan sabar. Tidak ingin anaknya mengalami nasib serupa, maka dibuatlah strategi tersebut. Dan kenyataannya berhasil.

Subhanallah, saya takjub mendengar penuturan beliau di siang hari itu. Serasa dapat ilmu baru yang orisinil. Meskipun pada jaman Nabi saw pernah ada wanita yang “melamar” Nabi saw, termasuk khadijah mulia itu, namun di jaman sekarang kisah wanita melamar ini seolah hanya hiasan belaka. Menjadi kisah yang jarang ditemukan kenyataannya.

Bagaimana engkau para wanita atau akhwat? Berani menerapkan strategi ini, mencari bukan menanti, entah dengan pertolongan orang tuamu, temanmu, atau ustadzahmu? Hanya engkau yang bisa menjawabnya.

Allahu a’lam bisshawab

(gambar: pixabay.com)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top