Ada banyak istri yang ingin merubah
sifat egois suami. Namun banyak yang gagal, lalu menyerah. Menganggapnya
sebagai sifat bawaan yang tidak bisa dirubah.
Merubah sifat egois dan sifat keras
kepala suami butuh langkah langkah yang tepat. Jika salah, hanya akan membuang
buang waktu saja. Nah, inilah cara cara tepat untuk
menghadapi suami egois
tersebut.
Cara Menghadapi
Suami Egois
1.
Cari penyebabnya
: lihat masa lalu suami
Biasanya seseorang akan memiliki sifat egois dan menang
sendiri jika memiliki masa lalu sebagai berikut:
-
Mendapat
perhatian yang berlebih pada masa kecil
Seringkali hal ini terjadi pada anak bungsu. Ketika
segala keinginannya dipenuhi, dia akan tumbuh menjadi pribadi yang manja,
segala kebutuhannya harus terpenuhi tanpa suatu usaha. Dia juga tidak ingin
mengalah oleh orang lain.
-
Mendapat
perlindungan yang berlebihan pada masa kecil.
Penjagaan yang berlebihan membuat anak merasa tidak mampu
melakukan sesuatu yang sebenarnya dia mampu melakukannya. Akibatnya ketika
dewasa dan menikah dia lemah memikul tanggung jawab, lebih cenderung memaksakan
kehendak dan bersikap kasar jika ada yang mengritiknya.
-
Memiliki
kebutuhan khusus
Ketika anak memiliki kebutuhan khusus, biasanya pusat
perhatian akan tertuju padanya, dikasihani, dan ditolong segala kebutuhannya.
Akhirnya dia bisa tumbuh menjadi pribadi egois
-
Kurang mendapat
perhatian
Biasanya hal ini terjadi pada anak kedua atau ketiga,
yang bukan anak bungsu. Karena perhatian orang tua yang kurang merata,
menyebabkan anak ini berusaha memenuhi keinginannya tanpa mempedulikan perasaan
orang lain. Jika keinginannya ditentang, dia akan menjadi pemarah.
Jika suami egois
sebab masa lalunya seperti ini, maka sadarilah bahwa proses terbentuknya sifat
egois itu sangat lama, bisa bertahun tahun. Maka untuk merubah sifatnyapun
tidak bisa sehari dua hari. Biasanya butuh proses yang lama pula.
2.
Cari penyebabnya
: Jika baru
Jika sifat egois suami bukan tumbuh sejak dahulu,
melainkan setelah menikah, maka ada kemungkinan penyebabnya terkait dengan
istrinya. Entah karena istrinya yang egois sehingga suami ikut egois, atau
mungkin juga karena suami sudah tidak begitu cinta dengan istrinya.
Di samping itu, bisa juga penyebabnya karena pemahaman
yang salah menempatkan posisi dalam rumah tangga. Misalnya karena merasa
sebagai pemimpin maka bisa berbuat sekehendaknya. Atau merasa ingin dihormati
dan bahkan ditakuti, sehingga pendapatnya tidak boleh ditentang.
Untuk mengatasi berbagai masalah ini bisa dilihat pada
uraian uraian di pont yang selanjutnya.
3.
Bicarakan di saat
yang tepat
Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan bahwa saat yang tepat
agar suami mau mendengar masukan dan kritikan istri adalah saat bermesraan. Dan
sebaiknya gunakan kata “saya” bukan “kamu”. Misalnya “saya senang sekali kalau
engkau membantu merapikan kamar waktu pagi hari.” Perkataan ini lebih baik dari
pada “tolong ya kalau pagi kamu bantu merapikan kamar tidur”
Kalimat pertama membuat suami sadar akan keinginan istri,
tanpa merasa disalahkan. Berbeda dengan kalimat yang kedua.
4.
Berani
instropeksi diri
Tidak banyak orang yang berani mengoreksi kelemahan dan
kesalahan dirinya. Lebih enak untuk menyalahkan orang lain. Jika kita
perhatikan orang yang bercerai, kebanyakan dari mereka tidak ada yang mengaku
bersalah. Maka instropeksi diri ini butuh keberanian.
Bisa jadi sikap egois suami tumbuh karena mendapat “luka”
dari tindakan istri. Misalnya istri terlalu boros, sehingga suami egois serta
cuek saja menyimpan uang dan memberi uang belanja yang pas pasan. Misalnya lagi
istri gajinya lebih besar dari suami sehingga merendahkan suami, maka suami
kemudian membalas dengan sifat egoisnya. Cobalah instropeksi diri, dan jika
memang keegoisan itu muncul sebab istri maka berusahalah untuk memperbaiki
diri.
5.
Berusaha memahami
suami
Berusahalah memahami keegoisan suami dari sudut pandang
yang positif. Sebab keegoisan suami terkadang dimaksudkan untuk kebaikan keluarga. Misalnya suami
bersikeras memutuskan untuk menyekolahkan anak di sekolah tertentu. Meskipun
anda tidak setuju, tapi suami tetap keras kepala teguh dengan pendiriannya.
Karena menurutnya sekolah itu yang cocok untuk anak.
6.
Berikan sesuatu
yang menyenangkan hati suami
Misalnya saat istri memasak dan anak menangis. Sementara
sang suami egois santai membaca koran. Cobalah senangkan hatinya dengan berkata
bahwa dia akan dimasakkan makanan yang lezat, namun anak butuh suami yang
menangani agar tidak merepotkan ketika istri memasak. Jika disenangkan, suami
bisa lapang dada menghentikan keegoisannya.
7.
Jangan ikut egois
Jika suami egois, jangan balas dengan keegoisan dan
kemarahan. Ingat, dalam rumah tangga bukan dipentingkan mana yang kalah dan
menang. Sehingga timbul adu pendapat dan sifat keras kepala yang tiada
berujung. Dalam rumah tangga yang dipentingkan adalah saling mengisi kekurangan
pasangan.
Jika istri ingin merubah sifat egois suami, berlemah
lembutlah dan bertahaplah dalam merubahnya. Jika istri ikut egois, nanti suami
punya alasan baru bertindak egois, yaitu karena istrinya juga egois.
Sesungguhnya dalam relung hati yang terdalam, manusia
ingin untuk menjadi lebih baik. Karena itu, suami sebenarnya butuh “obat” dari
sifat keegoisan dan sifat pemarahnya. Dan seorang istrilah yang harus tampil
merubah sifat suami dengan cara cara yang baik.
8.
Nasehati secara
tidak langsung lewat media
Pengaruh media sangat besar untuk mengubah pola pikir
seseorang. Dahulu ketika sebuah foto kejadian di Somalia diterbitkan di surat
kabar, dimana dalam foto itu tampak anak kecil kurus sendirian yang diintai
oleh burung pemakan bangkai, masyarakat dunia terbelalak tersadarkan oleh
kondisi kelaparan yang sangat memprihatinkan di sana. Padahal sebelumnya mereka
tidak begitu peduli.
Untuk mengubah pikiran keegoisan suami, istri juga bisa
memakai media. Misalnya membeli majalah dan buku yang menjelaskan kemuliaan
orang yang peduli pada orang lain. Taruh saja di tempat yang biasa dilihat
suami. Biarkan dia membacanya tanpa disuruh oleh istri. Lalu berharaplah agar
suami menjadi sadar diri.
Atau nyalakan televisi yang menayangkan ceramah Islam atau
program yang mengajarkan kepekaan pada kebutuhan orang lain. Meskipun suami
berada di ruang lain di rumah itu sehingga tidak ikut menonton, biarkan dia
mendengarnya.
9.
Ajak ke pengajian
Saat sekarang sudah sangat marak pengajian keislaman di
masjid masjid yang diadakan selepas maghrib atau selepas isya, atau juga di
hari minggu. Ajaklah suami untuk menghadirinya, terutama ketika tema yang
dibahas menyangkut keluarga dan sifat negatif egois.
10.
Minta tolong pada
orang ketiga
Seringkali orang tidak mau mendengar nasehat orang lain,
tapi luluh ketika yang menasehatinya adalah orang yang sangat dihormatinya.
Karena itulah minta tolonglah pada orang orang yang dianggap berwibawa dan
dihormati suami. Bisa jadi dia adalah orang tua suami, kakaknya, atau bahkan
tetangganya.
Biarlah orang orang ini yang secara halus mendekati dan
menasehati suami. Tentunya sambil dijaga agar suami tidak tahu bahwa istrilah
yang merencanakan semua ini. Dan lebih baik lagi, jika yang menasehati beberapa
orang, bukan hanya satu orang.
11.
Tumbuhkan kembali
rasa cinta suami
Semakin besar cinta suami, semakin hilang sifat egois dan
sifat keras kepalanya. Sebab jika seseorang cinta, dia akan berkorban apa saja,
bahkan dirinya sekalipun. Kata kata ini sepertinya klise sekali, tapi benar
adanya. Karena itu upayakan agar cinta suami tidak meredup, namun justru makin
bersemi.
Untuk menumbuhkan cinta suami, istri hendaknya menjadi
istri yang taat, setia melayani, menunjukkan bahwa dia sangat membutuhkan suami,
tidak meminta sesuatu yang berlebihan, tulus menyayangi suami, dan memiliki
berbagai perilaku menyenangkan yang lain.
12.
Keluar dari
rutinitas
Psikolog Ratih Ibrahim mengemukakan bahwa suami tidak
menghargai pendapat istri bukanlah tanpa sebab. Terkadang kesibukan di luar
untuk bekerja telah menguras energi dan pikirannya, sehingga ketika pulang dia
hanya ingin didengar, bukan mendengar.
Maka di saat saat libur tidak ada salahnya untuk kelluar
dari aktifitas, misalnya rekreasi bersama ke pantai atau pegunungan. Agar
kelelahan pikiran hilang, dan suami kembali mau mendengar istri.
13.
Apresiasi jika
tidak egois
Orang tidak suka jika dia dikritik terus menerus. Namun
sebaliknya, dia akan suka jika keberhasilannya dalam suatu hal diapresiasi,
meskipun apresiasi itu hanya berupa pujian.
Maka jika suatu saat suami tidak cuek dengan istri, mau
mendengar pendapat istri, mau mengalah, tidak keras kepala, tidak menjadi
pemarah ketika mendapat masukan, ucapkan terima kasih kepadanya. Katakan bahwa
anda bangga memiliki suami yang baik. Penghargaan yang terkesan sepele ini akan
bisa menjadi nyala semangat bagi suami untuk terus berbenah diri.
14.
Bersabar dengan
proses
Biasanya merubah sifat orang itu butuh proses panjang.
Semakin lama dahulu sifat itu terbentuk, semakin mengakar dalam karakternya,
sehingga semakin butuh perjuangan untuk menggantinya dengan sifat yang baik.
Ada sebagian ulama Islam yang merinci proses terjadinya
sifat seseorang adalah sebagai berikut:
-
Awalnya adalah
bersitan keinginan atau lintasan hati
-
Jika dibiarkan,
akan menjadi niat
-
Jika niat ini
dibiarkan, akan menjadi tekat untuk melakukan
-
Jika tekat tidak
dihalangi, jadilah perbuatan
-
Jika perbuatan
dilakukan berulang ulang, jadilah kebiasaan.
-
Jika kebiasaan
tidak dihentikan, jadilah sifat.
-
Jika sifat sudah
mendarah daging, jadilah karakter.
Jika melihat proses panjang hingga seseorang memiliki
sifat tertentu, misalnya sifat egois suami, maka butuh proses yang panjang pula
untuk menghilangkannya.
Di sinilah butuh kesabaran dari istri. Tanpa kesabaran,
istri akan putus asa dan menyalahkan suami yang tidak juga berubah sifatnya.
Inilah cara menghadapi suami egois.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar