14 Cara Menghadapi Suami Egois, Perhatikan Nomor 1-3 Yang Sangat Penting !

14 Cara Menghadapi Suami Egois, Perhatikan Nomor 1-3 Yang Sangat Penting !



Ada banyak istri yang ingin merubah sifat egois suami. Namun banyak yang gagal, lalu menyerah. Menganggapnya sebagai sifat bawaan yang tidak bisa dirubah.

Merubah sifat egois dan sifat keras kepala suami butuh langkah langkah yang tepat. Jika salah, hanya akan membuang buang waktu saja. Nah, inilah cara cara tepat untuk
menghadapi suami egois tersebut.

Cara Menghadapi Suami Egois

1.    Cari penyebabnya : lihat masa lalu suami

Biasanya seseorang akan memiliki sifat egois dan menang sendiri jika memiliki masa lalu sebagai berikut:

-       Mendapat perhatian yang berlebih pada masa kecil
Seringkali hal ini terjadi pada anak bungsu. Ketika segala keinginannya dipenuhi, dia akan tumbuh menjadi pribadi yang manja, segala kebutuhannya harus terpenuhi tanpa suatu usaha. Dia juga tidak ingin mengalah oleh orang lain.

-       Mendapat perlindungan yang berlebihan pada masa kecil.
Penjagaan yang berlebihan membuat anak merasa tidak mampu melakukan sesuatu yang sebenarnya dia mampu melakukannya. Akibatnya ketika dewasa dan menikah dia lemah memikul tanggung jawab, lebih cenderung memaksakan kehendak dan bersikap kasar jika ada yang mengritiknya.

-       Memiliki kebutuhan khusus
Ketika anak memiliki kebutuhan khusus, biasanya pusat perhatian akan tertuju padanya, dikasihani, dan ditolong segala kebutuhannya. Akhirnya dia bisa tumbuh menjadi pribadi egois

-       Kurang mendapat perhatian
Biasanya hal ini terjadi pada anak kedua atau ketiga, yang bukan anak bungsu. Karena perhatian orang tua yang kurang merata, menyebabkan anak ini berusaha memenuhi keinginannya tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Jika keinginannya ditentang, dia akan menjadi pemarah.

Jika suami egois sebab masa lalunya seperti ini, maka sadarilah bahwa proses terbentuknya sifat egois itu sangat lama, bisa bertahun tahun. Maka untuk merubah sifatnyapun tidak bisa sehari dua hari. Biasanya butuh proses yang lama pula.

2.    Cari penyebabnya : Jika baru

Jika sifat egois suami bukan tumbuh sejak dahulu, melainkan setelah menikah, maka ada kemungkinan penyebabnya terkait dengan istrinya. Entah karena istrinya yang egois sehingga suami ikut egois, atau mungkin juga karena suami sudah tidak begitu cinta dengan istrinya.

Di samping itu, bisa juga penyebabnya karena pemahaman yang salah menempatkan posisi dalam rumah tangga. Misalnya karena merasa sebagai pemimpin maka bisa berbuat sekehendaknya. Atau merasa ingin dihormati dan bahkan ditakuti, sehingga pendapatnya tidak boleh ditentang.

Untuk mengatasi berbagai masalah ini bisa dilihat pada uraian uraian di pont yang selanjutnya.

3.    Bicarakan di saat yang tepat

Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan bahwa saat yang tepat agar suami mau mendengar masukan dan kritikan istri adalah saat bermesraan. Dan sebaiknya gunakan kata “saya” bukan “kamu”. Misalnya “saya senang sekali kalau engkau membantu merapikan kamar waktu pagi hari.” Perkataan ini lebih baik dari pada “tolong ya kalau pagi kamu bantu merapikan kamar tidur”

Kalimat pertama membuat suami sadar akan keinginan istri, tanpa merasa disalahkan. Berbeda dengan kalimat yang kedua.

4.    Berani instropeksi diri

Tidak banyak orang yang berani mengoreksi kelemahan dan kesalahan dirinya. Lebih enak untuk menyalahkan orang lain. Jika kita perhatikan orang yang bercerai, kebanyakan dari mereka tidak ada yang mengaku bersalah. Maka instropeksi diri ini butuh keberanian.

Bisa jadi sikap egois suami tumbuh karena mendapat “luka” dari tindakan istri. Misalnya istri terlalu boros, sehingga suami egois serta cuek saja menyimpan uang dan memberi uang belanja yang pas pasan. Misalnya lagi istri gajinya lebih besar dari suami sehingga merendahkan suami, maka suami kemudian membalas dengan sifat egoisnya. Cobalah instropeksi diri, dan jika memang keegoisan itu muncul sebab istri maka berusahalah untuk memperbaiki diri.

5.    Berusaha memahami suami

Berusahalah memahami keegoisan suami dari sudut pandang yang positif. Sebab keegoisan suami terkadang dimaksudkan  untuk kebaikan keluarga. Misalnya suami bersikeras memutuskan untuk menyekolahkan anak di sekolah tertentu. Meskipun anda tidak setuju, tapi suami tetap keras kepala teguh dengan pendiriannya. Karena menurutnya sekolah itu yang cocok untuk anak.
  
6.    Berikan sesuatu yang menyenangkan hati suami

Misalnya saat istri memasak dan anak menangis. Sementara sang suami egois santai membaca koran. Cobalah senangkan hatinya dengan berkata bahwa dia akan dimasakkan makanan yang lezat, namun anak butuh suami yang menangani agar tidak merepotkan ketika istri memasak. Jika disenangkan, suami bisa lapang dada menghentikan keegoisannya.

7.    Jangan ikut egois

Jika suami egois, jangan balas dengan keegoisan dan kemarahan. Ingat, dalam rumah tangga bukan dipentingkan mana yang kalah dan menang. Sehingga timbul adu pendapat dan sifat keras kepala yang tiada berujung. Dalam rumah tangga yang dipentingkan adalah saling mengisi kekurangan pasangan.

Jika istri ingin merubah sifat egois suami, berlemah lembutlah dan bertahaplah dalam merubahnya. Jika istri ikut egois, nanti suami punya alasan baru bertindak egois, yaitu karena istrinya juga egois.

Sesungguhnya dalam relung hati yang terdalam, manusia ingin untuk menjadi lebih baik. Karena itu, suami sebenarnya butuh “obat” dari sifat keegoisan dan sifat pemarahnya. Dan seorang istrilah yang harus tampil merubah sifat suami dengan cara cara yang baik.

8.    Nasehati secara tidak langsung lewat media

Pengaruh media sangat besar untuk mengubah pola pikir seseorang. Dahulu ketika sebuah foto kejadian di Somalia diterbitkan di surat kabar, dimana dalam foto itu tampak anak kecil kurus sendirian yang diintai oleh burung pemakan bangkai, masyarakat dunia terbelalak tersadarkan oleh kondisi kelaparan yang sangat memprihatinkan di sana. Padahal sebelumnya mereka tidak begitu peduli.

Untuk mengubah pikiran keegoisan suami, istri juga bisa memakai media. Misalnya membeli majalah dan buku yang menjelaskan kemuliaan orang yang peduli pada orang lain. Taruh saja di tempat yang biasa dilihat suami. Biarkan dia membacanya tanpa disuruh oleh istri. Lalu berharaplah agar suami menjadi sadar diri.

Atau nyalakan televisi yang menayangkan ceramah Islam atau program yang mengajarkan kepekaan pada kebutuhan orang lain. Meskipun suami berada di ruang lain di rumah itu sehingga tidak ikut menonton, biarkan dia mendengarnya.

9.    Ajak ke pengajian

Saat sekarang sudah sangat marak pengajian keislaman di masjid masjid yang diadakan selepas maghrib atau selepas isya, atau juga di hari minggu. Ajaklah suami untuk menghadirinya, terutama ketika tema yang dibahas menyangkut keluarga dan sifat negatif egois.

10.  Minta tolong pada orang ketiga

Seringkali orang tidak mau mendengar nasehat orang lain, tapi luluh ketika yang menasehatinya adalah orang yang sangat dihormatinya. Karena itulah minta tolonglah pada orang orang yang dianggap berwibawa dan dihormati suami. Bisa jadi dia adalah orang tua suami, kakaknya, atau bahkan tetangganya.

Biarlah orang orang ini yang secara halus mendekati dan menasehati suami. Tentunya sambil dijaga agar suami tidak tahu bahwa istrilah yang merencanakan semua ini. Dan lebih baik lagi, jika yang menasehati beberapa orang, bukan hanya satu orang.

11.  Tumbuhkan kembali rasa cinta suami

Semakin besar cinta suami, semakin hilang sifat egois dan sifat keras kepalanya. Sebab jika seseorang cinta, dia akan berkorban apa saja, bahkan dirinya sekalipun. Kata kata ini sepertinya klise sekali, tapi benar adanya. Karena itu upayakan agar cinta suami tidak meredup, namun justru makin bersemi.

Untuk menumbuhkan cinta suami, istri hendaknya menjadi istri yang taat, setia melayani, menunjukkan bahwa dia sangat membutuhkan suami, tidak meminta sesuatu yang berlebihan, tulus menyayangi suami, dan memiliki berbagai perilaku menyenangkan yang lain.
 
12.  Keluar dari rutinitas

Psikolog Ratih Ibrahim mengemukakan bahwa suami tidak menghargai pendapat istri bukanlah tanpa sebab. Terkadang kesibukan di luar untuk bekerja telah menguras energi dan pikirannya, sehingga ketika pulang dia hanya ingin didengar, bukan mendengar.

Maka di saat saat libur tidak ada salahnya untuk kelluar dari aktifitas, misalnya rekreasi bersama ke pantai atau pegunungan. Agar kelelahan pikiran hilang, dan suami kembali mau mendengar istri.

13.  Apresiasi jika tidak egois

Orang tidak suka jika dia dikritik terus menerus. Namun sebaliknya, dia akan suka jika keberhasilannya dalam suatu hal diapresiasi, meskipun apresiasi itu hanya berupa pujian.

Maka jika suatu saat suami tidak cuek dengan istri, mau mendengar pendapat istri, mau mengalah, tidak keras kepala, tidak menjadi pemarah ketika mendapat masukan, ucapkan terima kasih kepadanya. Katakan bahwa anda bangga memiliki suami yang baik. Penghargaan yang terkesan sepele ini akan bisa menjadi nyala semangat bagi suami untuk terus berbenah diri.

14.  Bersabar dengan proses

Biasanya merubah sifat orang itu butuh proses panjang. Semakin lama dahulu sifat itu terbentuk, semakin mengakar dalam karakternya, sehingga semakin butuh perjuangan untuk menggantinya dengan sifat yang baik.

Ada sebagian ulama Islam yang merinci proses terjadinya sifat seseorang adalah sebagai berikut:

-       Awalnya adalah bersitan keinginan atau lintasan hati
-       Jika dibiarkan, akan menjadi niat
-       Jika niat ini dibiarkan, akan menjadi tekat untuk melakukan
-       Jika tekat tidak dihalangi, jadilah perbuatan
-       Jika perbuatan dilakukan berulang ulang, jadilah kebiasaan.
-       Jika kebiasaan tidak dihentikan, jadilah sifat.
-       Jika sifat sudah mendarah daging, jadilah karakter.

Jika melihat proses panjang hingga seseorang memiliki sifat tertentu, misalnya sifat egois suami, maka butuh proses yang panjang pula untuk menghilangkannya.
Di sinilah butuh kesabaran dari istri. Tanpa kesabaran, istri akan putus asa dan menyalahkan suami yang tidak juga berubah sifatnya.

Inilah cara menghadapi suami egois. Semoga bermanfaat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top