Nabi muhammad suami romantis - Apakah engkau seorang yang berwibawa di
kantor, dan juga membawa kewibawaan semacam itu ketika berada di hadapan
isteri? Sehingga seolah-olah ada jarak secara psikologis, tidak mau dimanja dan
bermanja, tidak ada kamus romantis-romantisan?
Jika ya, sepertinya perlu melirik ulang teladan istimewa kita, nabi
Muhammad saw.
Nabi Muhammad penguasa Madinah, Mekah, dan beberapa wilayah Arab.
Kewibawaan beliau tidak perlu diragukan lagi. Tapi bagaimana ketika bertemu
istrinya? Rupanya nabi Muhammad saw adalah manusia sempurna yang bisa
menempatkan diri sesuai kondisinya. Agar cinta tetap menyala, sifat romantis
tidak pernah ditinggalkan. Nabi Muhammad suami romantis.
Pada suatu momen, nabi Muhammad bersama Aisyah mendatangi masjid. Di sana
telah berkumpul orang-orang Habasyah untuk bermain pedang. Suasana sangat
meriah. nabi Muhammad menawari Aisyah untuk leluasa menonton. Lalu Aisyah
menyandarkan dagunya pada pundak nabi Muhammad, dan menempelkan pipinya pada
pipi beliau. Keromantisan itu berjalan cukup lama. Lalu nabi Muhammad bertanya,
“apakah sudah cukup, wahai Aisyah?” Aisyah yang masih nyaman menikmati
keromantisan berujar, “Jangan buru-buru wahai Rasulullah” maka merekapun
meneruskan hingga lama.
Sebutan yang terkenal pada Aisyah tercinta adalah humaira yang
artinya kemerah-merahan. Karena wajahnya yang sering demikian. Suami romantis
bukan? Padahal nabi Muhammad tipe pecinta sederhana yang tidak terbiasa
bergombal ria. Tapi sedikit kata yang keluar dari ketulusan hati, sudah
menciptakan suasana romantis tak terkira.
Engkaupun juga bisa melihat sisi unik istrimu, lalu menyebutnya sebagai
panggilan pribadi yang memicu suasana romantis. Jika ini dilakukan, telinga
istrimu bisa mekar ingin terus mendengarnya. Habis itu bisa-bisa disuruh ngepel
lantai tujuh kali juga mau.
Masih berbicara tentang sifat romantis nabi Muhammad saw, pada suatu
kesempatan ketika itikaf beliau menjulurkan kepalanya kepada Aisyah yang ketika
itu tengah berada di kamarnya. Rumah nabi Muhammad memang berdekatan dengan
masjid sehingga memungkinkan untuk melakukannya. Lalu Aisyah menyisir lembut
rambutnya.
Contoh lain, di lain waktu ketika nabi Muhammad saw berangkat dari Khaibar
menuju Madinah, beliau menyediakan tempat duduk dari kain yang empuk untuk
Shafiyah. Kemudian beliau duduk di samping unta sambil menegakkan lutut,
memberi kesempatan pada Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau, agar
bisa naik untanya. (lihat HR Bukhari)
Kisah lain sebagaimana dituturkan hadis Bukhari dan Muslim, Aisyah pernah
mandi jinabat bersama nabi Muhammad saw. Dengan satu wadah, tangan mereka
bergantian mengambil air.
nabi Muhammad juga terbiasa makan dan minum dalam satu wadah berdua dengan
istri-istrinya. Menciumnya ketika akan keluar rumah ataupun baru datang.
Termasuk juga tidur-tiduran di pangkuan istrinya, meskipun sedang haid.
Ah, begitu banyak teladan membina keharmonisan keluarga dari nabi Muhammad.
Kisah-kisah yang disebutkan di atas hanya sebagian kecilnya saja. Meskipun
tidak lengkap, harusnya sudah cukup bisa membuka mata hati kita bahwa nabi
Muhammad suami romantis. Tinggal kita umatnya ini bersedia atau tidak untuk
mencontohnya.
Allahu a’lam bisshawab
(gambar: flicker.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar