5 ALASAN MENIKAH JANGAN TUNGGU MAPAN ATAU KAYA

5 ALASAN MENIKAH JANGAN TUNGGU MAPAN ATAU KAYA


Menikah jangan tunggu mapan atau kaya - Banyak pemuda yang tidak berani menikah dengan alasan belum kaya atau mapan. Jika ditanya ukuran mapan bagaimana? Tentu jawaban antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Sebagian cukup fantastis ukurannya; jika sudah punya rumah. Atau jika gaji sudah gede. Sebagian lagi menyaratkan harus sudah jadi karyawan tetap. Ditambah lagi punya tabungan puluhan juta.


Seakan mapan adalah keharusan sebuah pernikahan. Sehingga memasuki pernikahan tanpa kemapanan adalah horor yang terus menghantui. Rumah tangga akan kacau.

Sebenarnya menikah tidak harus menunggu mapan atau kaya. Dan berikut ini diantara alasan kenapa menikah jangan tunggu mapan atau kaya.

Alasan jangan tunggu mapan: Janji Allah orang menikah akan dicukupi

Inilah janji yang sangat indah dari Allah bagi para bujangan. Jika dia menikah akan dicukupi oleh-Nya. “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantaramu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu. Jika mereka miskin, Allah yang akan mencukupi mereka dengan karunianya. Dan Allah maha luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)

Lihatlah, Allah yang maha kaya sudah berjanji tentang pembagian rejeki untuk orang yang menikah. Dan janji Allah adalah sekuat-kuat janji. Tidak akan diselisihi.

Jika ditilik lebih jauh, tidak kita dapati orang kelaparan dan mati sebab menikah. Asalkan seseorang mau berikhtiar mencari rejeki, mengoptimalkan kecerdasannya, mengikhlaskan hatinya untuk bekerja, dan rela berkeringat tubuhnya. Hanya keraguan pada janji Allah yang menyebabkan manusia takut menikah.

Alasan jangan tunggu kaya : Jarang ada bujangan kaya

Seberapa banyak pemuda yang berhasil memiliki rumah sendiri? Atau memiliki tabungan puluhan juta untuk persiapan resepsi pernikahan dan bekal berumah tangga? Atau sudah menjadi karyawan tetap dengan gaji besar sehingga merasa aman untuk memasuki pernikahan? Sangat jarang. Kebanyakan pemuda masih menjadi karyawan level rendah atau masih merintis usaha, yang tentunya pendapatannya masih kecil. Jikapun sudah lumayan, biasanya uangnya tidak terkumpul. Jika ditanya ke mana habisnya gajimu? Kebanyakan menjawab tidak tahu. Terlalu boros pengeluaran, tidak mampu mengatur keuangan, habis untuk bersenang-senang.

Saat menikah segalanya akan berubah. Allah yang akan menolong agar kebutuhan tercukupi. Entah dengan meningkatnya gaji, atau kemampuan mengelola uang. Orang yang punya rumah kebanyakan adalah bukan bujangan. Pemilik mobil juga. Ini diantara bukti menikah tercukupi rejekinya, bahkan bisa lebih

Baca juga: inilah ciri calon istri sholehah
Baca juga: lakukan shalat istikharah untuk memilih jodoh

Alasan jangan tunggu mapan: Usia terus berjalan

Ada sebuah kisah fiktif yang patut direnungkan. Seorang pemuda mengutarakan keinginannya untuk menikah pada orang tuanya. Orang tua yang melihatnya masih baru lulus kuliah menasehati,” tunggulah dulu sampai engkau bekerja.” Maka pemuda ini giat mencari kerja demi diijinkan menikah. Ketika sudah didapat pekerjaan itu, diapun kembali menemui orang tuanya. Orang tuanya menjawab, “tunggulah sebentar sampai pekerjaannmu mapan. Engkau masih jadi karyawan baru dan sekarang masih dalam masa percobaan. Masih rawan di-PHK.”

Menurutinya, si anak menunggu beberapa waktu. Setelah tiga bulan, dia berkata, “sekarang aku sudah jadi karyawan tetap. Ijinkan aku menikah” Orang tuanya masih menasehati, “sebenarnya, memasuki pernikahan berarti memasuki dunia baru. Engkau harus bisa mencukupi kebutuhan istri dan anakmu kelak. Apakah engkau sudah punya tabungan jika sewaktu-waktu istri atau anakmu kelak sakit dan butuh biaya besar untuk menyembuhkannya?” Mendengarnya si anak mundur lagi, lalu giat bekerja dan menabung.

Setelah terkumpul belasan juta dia menghadap orang tuanya. Lalu orang yang membesarkannya itu berkata, “alangkah lebih baiknya jika engkau sudah punya rumah. Bekerjalah lagi, tabung uangnya, karena sebentar lagi akan terkumpul uang untuk beli rumah sederhana.” Si anak pontang-panting bekerja untuk memenuhi permintaan itu. Setelah berhasil memiliki rumah, dengan bangga dia berkata pada orang tuanya, “sekarang aku sudah punya rumah. Aku ingin menikah.” Orang tuanya menatapnya dan berkata, “ lihatlah dirimu, berapa umurmu sekarang. Dengan usiamu yang empat puluh lima tahun, masih adakah gadis yang mau denganmu?”

Meski barangkali tidak ada orang tua berkelakuan seperti ini, paling tidak kisah fiktif ini memberi gambaran, jika menunggu mapan akan ada konsekuensinya. Yaitu usia yang makin tua. Semakin jauh umur dari standart wajar usia nikah, akan semakin sulit menemukan jodohnya.

Alasan jangan tunggu mapan: Yang dibutuhkan tanggung jawab

Lebih dari mapan atau kaya, untuk memasuki jenjang pernikahan yang dibutuhkan sebenarnya adalah kesiapan tanggung jawab. Meskipun mapan, jika tidak memiliki kesiapan tanggung jawab akan menyengsarakan anak dan istri. Kekayaannya akan dinikmati sendiri, tabungannya akan dipakai untuk memenuhi hobinya. Di sinilah terdapat realita banyak istri dan anak yang telantar.

Jika seorang pemuda memiliki tekat memikul tanggung jawab, dia tidak akan pernah membiarkan anak dan istrinya mencucurkan air mata karena hidup sengsara. Dia akan berjuang dan menjadi pahlawan bagi keluarganya.

Alasan jangan tunggu mapan: Saat susah bisa menguatkan ikatan pernikahan

Jika disikapi dengan baik, ini yang akan dilakukan suami istri saat masih hidup penuh perjuangan; suami bekerja keras, sementara istri berupaya mengatur keuangan agar cukup. Atau isteri ikut membantu menambah penghasilan. Keduanya saling mendukung dan saling menguatkan. Akhirnya mereka tumbuh bersama, hingga ketika suatu saat suaminya sukses maka si suami ini tidak akan meremehkan istri. Mengingat berkat perjuangan bersama itulah si suami jadi sukses.

Hal ini bisa berbeda jika sejak awal suami sudah mapan. Dia bisa semena-mena pada istri, merasa tidak ada andil sedikitpun dari istri pada peningkatan karirnya itu. Maka jika disikapi dengan baik, ada kebaikan di balik kesulitan yang dihadapi.

Demikian, maka jika engkau berniat menikah, tidak perlu tunggu mapan dan kaya. Para gadis atau akhwat sudah lama berdebar-debar menantimu khitbahmu. Tunggu apa lagi?

Allahu a’lam bisshawab.

(gambar: pixabay)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top