Menikah jangan tunggu mapan atau kaya - Banyak pemuda yang tidak berani menikah dengan
alasan belum kaya atau mapan. Jika ditanya ukuran mapan bagaimana? Tentu
jawaban antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Sebagian cukup fantastis
ukurannya; jika sudah punya rumah. Atau jika gaji sudah gede. Sebagian lagi menyaratkan
harus sudah jadi karyawan tetap. Ditambah lagi punya tabungan puluhan juta.
Seakan mapan adalah keharusan sebuah pernikahan. Sehingga memasuki
pernikahan tanpa kemapanan adalah horor yang terus menghantui. Rumah tangga
akan kacau.
Sebenarnya menikah tidak harus menunggu mapan atau kaya. Dan berikut ini
diantara alasan kenapa menikah jangan tunggu mapan atau kaya.
Alasan jangan tunggu mapan: Janji Allah orang
menikah akan dicukupi
Inilah janji yang sangat indah dari Allah bagi para bujangan. Jika dia
menikah akan dicukupi oleh-Nya. “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian
diantaramu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu. Jika mereka
miskin, Allah yang akan mencukupi mereka dengan karunianya. Dan Allah maha luas
(pemberiannya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)
Lihatlah, Allah yang maha kaya sudah berjanji tentang pembagian rejeki
untuk orang yang menikah. Dan janji Allah adalah sekuat-kuat janji. Tidak akan
diselisihi.
Jika ditilik lebih jauh, tidak kita dapati orang kelaparan dan mati sebab
menikah. Asalkan seseorang mau berikhtiar mencari rejeki, mengoptimalkan
kecerdasannya, mengikhlaskan hatinya untuk bekerja, dan rela berkeringat
tubuhnya. Hanya keraguan pada janji Allah yang menyebabkan manusia takut
menikah.
Alasan jangan tunggu kaya : Jarang ada
bujangan kaya
Seberapa banyak pemuda yang berhasil memiliki rumah sendiri? Atau memiliki tabungan
puluhan juta untuk persiapan resepsi pernikahan dan bekal berumah tangga? Atau sudah
menjadi karyawan tetap dengan gaji besar sehingga merasa aman untuk memasuki
pernikahan? Sangat jarang. Kebanyakan pemuda masih menjadi karyawan level
rendah atau masih merintis usaha, yang tentunya pendapatannya masih kecil.
Jikapun sudah lumayan, biasanya uangnya tidak terkumpul. Jika ditanya ke mana
habisnya gajimu? Kebanyakan menjawab tidak tahu. Terlalu boros pengeluaran,
tidak mampu mengatur keuangan, habis untuk bersenang-senang.
Saat menikah segalanya akan berubah. Allah yang akan menolong agar
kebutuhan tercukupi. Entah dengan meningkatnya gaji, atau kemampuan mengelola
uang. Orang yang punya rumah kebanyakan adalah bukan bujangan. Pemilik mobil
juga. Ini diantara bukti menikah tercukupi rejekinya, bahkan bisa lebih
Baca juga: inilah ciri calon istri sholehah
Baca juga: lakukan shalat istikharah untuk memilih jodoh
Baca juga: inilah ciri calon istri sholehah
Baca juga: lakukan shalat istikharah untuk memilih jodoh
Alasan jangan tunggu mapan: Usia terus
berjalan
Ada sebuah kisah fiktif yang patut direnungkan. Seorang pemuda mengutarakan
keinginannya untuk menikah pada orang tuanya. Orang tua yang melihatnya masih
baru lulus kuliah menasehati,” tunggulah dulu sampai engkau bekerja.” Maka
pemuda ini giat mencari kerja demi diijinkan menikah. Ketika sudah didapat
pekerjaan itu, diapun kembali menemui orang tuanya. Orang tuanya menjawab,
“tunggulah sebentar sampai pekerjaannmu mapan. Engkau masih jadi karyawan baru
dan sekarang masih dalam masa percobaan. Masih rawan di-PHK.”
Menurutinya, si anak menunggu beberapa waktu. Setelah tiga bulan, dia
berkata, “sekarang aku sudah jadi karyawan tetap. Ijinkan aku menikah” Orang
tuanya masih menasehati, “sebenarnya, memasuki pernikahan berarti memasuki
dunia baru. Engkau harus bisa mencukupi kebutuhan istri dan anakmu kelak.
Apakah engkau sudah punya tabungan jika sewaktu-waktu istri atau anakmu kelak
sakit dan butuh biaya besar untuk menyembuhkannya?” Mendengarnya si anak mundur
lagi, lalu giat bekerja dan menabung.
Setelah terkumpul belasan juta dia menghadap orang tuanya. Lalu orang yang
membesarkannya itu berkata, “alangkah lebih baiknya jika engkau sudah punya
rumah. Bekerjalah lagi, tabung uangnya, karena sebentar lagi akan terkumpul
uang untuk beli rumah sederhana.” Si anak pontang-panting bekerja untuk
memenuhi permintaan itu. Setelah berhasil memiliki rumah, dengan bangga dia
berkata pada orang tuanya, “sekarang aku sudah punya rumah. Aku ingin menikah.”
Orang tuanya menatapnya dan berkata, “ lihatlah dirimu, berapa umurmu sekarang.
Dengan usiamu yang empat puluh lima tahun, masih adakah gadis yang mau denganmu?”
Meski barangkali tidak ada orang tua berkelakuan seperti ini, paling tidak
kisah fiktif ini memberi gambaran, jika menunggu mapan akan ada konsekuensinya.
Yaitu usia yang makin tua. Semakin jauh umur dari standart wajar usia nikah,
akan semakin sulit menemukan jodohnya.
Alasan jangan tunggu mapan: Yang dibutuhkan
tanggung jawab
Lebih dari mapan atau kaya, untuk memasuki jenjang pernikahan yang dibutuhkan
sebenarnya adalah kesiapan tanggung jawab. Meskipun mapan, jika tidak memiliki
kesiapan tanggung jawab akan menyengsarakan anak dan istri. Kekayaannya akan
dinikmati sendiri, tabungannya akan dipakai untuk memenuhi hobinya. Di sinilah
terdapat realita banyak istri dan anak yang telantar.
Jika seorang pemuda memiliki tekat memikul tanggung jawab, dia tidak akan
pernah membiarkan anak dan istrinya mencucurkan air mata karena hidup sengsara.
Dia akan berjuang dan menjadi pahlawan bagi keluarganya.
Alasan jangan tunggu mapan: Saat susah bisa
menguatkan ikatan pernikahan
Jika disikapi dengan baik, ini yang akan dilakukan suami istri saat masih
hidup penuh perjuangan; suami bekerja keras, sementara istri berupaya mengatur
keuangan agar cukup. Atau isteri ikut membantu menambah penghasilan. Keduanya
saling mendukung dan saling menguatkan. Akhirnya mereka tumbuh bersama, hingga
ketika suatu saat suaminya sukses maka si suami ini tidak akan meremehkan
istri. Mengingat berkat perjuangan bersama itulah si suami jadi sukses.
Hal ini bisa berbeda jika sejak awal suami sudah mapan. Dia bisa
semena-mena pada istri, merasa tidak ada andil sedikitpun dari istri pada peningkatan
karirnya itu. Maka jika disikapi dengan baik, ada kebaikan di balik kesulitan
yang dihadapi.
Demikian, maka jika engkau berniat menikah, tidak perlu tunggu mapan dan
kaya. Para gadis atau akhwat sudah lama berdebar-debar menantimu khitbahmu.
Tunggu apa lagi?
Allahu a’lam bisshawab.
(gambar: pixabay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar