Di pagi itu, saya melihat seorang ibu yang menyeret anaknya keluar dari
pasar tradisional. Anaknya yang masih balita menangis berusaha keras menolak.
Namun karena kalah tenaga, dia terus diseret untuk pulang ke rumah yang
jaraknya dua ratusan meter dari rumah.
Jika di jalan dengan ditonton puluhan orang saja si ibu berani melakukan
kekerasan itu, saya tidak tahu apa yang terjadi sesampainya di rumah. Dengan
tidak banyak atau bahkan tidak ada orang lain yang melihat, barangkali anak
akan lebih keras lagi diperlakukan.
Apakah cara seperti itu mendidik yang baik menurut Islam? Anda saya yakin
sudah bisa menjawabnya. Tidak. Islam mengajarkan mendidik anak dengan baik,
agar kelak anak juga tumbuh dengan baik. Dan berikut ini diantara cara cara
mendidik yang baik tersebut.
Cara Mendidik Anak Yang Baik Menurut Islam
1.
Memberi Teladan
Jangan sampai
menjadi orang tua yang kontradiktif, menyuruh anak untuk berbuat baik,
sementara sifat orang tua berkebalikan dengan yang disuruhnya. Orang tua harus
bisa menjadi teladan. Apalagi menurut penelitian, anak kecil bisa meniru orang
tuanya sampai 80 persen. Maka tidak heran ada ungkapan buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya. Karakter anak sangat ditentukan oleh karakter orang tuanya.
2.
Jika Memberi Nasehat
Paling tidak ada 3
hal yang harus diperhatikan agar nasehat bisa mencapai hasil maksimal. Yaitu
dengan memilih waktu yang tepat, tempat yang tepat, dan tutur kata yang tepat.
Waktu yang tepat
adalah saat anak dalam kondisi tenang, tidak sedang emosi maupun kelelahan.
Jika belum memungkinkan menasehati anak di saat dia melakukan kesalahan, maka
tangguhkan sementara waktu.
Tempat yang tepat
adalah tidak di dekat teman teman anak. Anak akan merasa terendahkan ketika
harus dinasehati di hadapan teman temannya. Apalagi jika dia sudah remaja, dia
merasa memiliki harga diri. Maka tunggu hingga teman temannya menjauh untuk
menasehatinya,
Tutur kata yang
tepat adalah kata kata yang bukan menghakimi anak dan menjatuhkan martabatnya.
Gunakan kata kata bijak yang bisa menyentuh hati anak.
3.
Didik Sesuai Usianya
Menurut para ahli,
paling tidak ada 4 tahapan mendidik anak sesuai usianya.
- Usia 0-6 tahun
Pada usia ini adalah
masa bermain anak. Maka didik mereka sambil bermain. Jika shalat, mereka masih
shalat shalatan. Belum bisa fokus dengan kesempurnaan gerakan. Maka ajari
shalat dengan kondisi mereka apa adanya.
- Usia 7-14 tahun
Pada usia ini adalah
masa penanaman disiplin dan tanggung jawab. Buatlah kesepakatan jadwal bersama
anak kapan boleh bermain dan kapan waktunya belajar serta beribadah. Atur agar
anak bisa menepati jadwal itu. Jika anak melanggar, ajarkan untuk bertanggung
jawab, dengan memberikan hukuman yang mendidik. Misalnya waktunya belajar
justru bermain, maka tambah waktu belajarnya saat itu.
- Usia 15-21 tahun
Pada usia ini anak
mulai mencari jati dirinya. Maka jadikan dia seperti teman, ajak bicara secara
akrab. Jika dia menjadi anak yang “pemberontak” ajak bicara dari hati kehati
apa yang menjadi permasalahannya. Dengarkan, dan jangan langsung banyak memberi
nasehat.
- Usia 21 tahun ke
atas
Pada usia ini adalah
masa memberikan kebebasan bagi anak. Bukan berarti orang tua berlepas diri,
tapi pantau dia dari kejauhan. Biarkan dia belajar mengambil keputusan sendiri
atas masalah yang dia hadapi.
4.
Tidak Membentak
Menurut penelitian
dari Lise Gliot, efek bentakan sangat berbahaya bagi otak anak. Sekali anak
dibentak, akan bisa menyebabkan kerusakan milyaran sel otak yang saat itu
sedang tumbuh. Hal ini terutama bagi anak balita atau anak usia dini. Dan jika
anak disayang, akan menjadikan pertumbuhan sel otak lebih sempurna.
Di samping itu,
membentak anak akan bisa menyebabkannya menjadi anak yang emosional, dan pada
gilirannya anak bisa berjiwa “pemberontak” dan keras kepala atau nakal. Maka hati hati terhadap anak, jaga agar tidak
membentaknya.
5.
Menjalin Keakraban
Menurut penelitian
yang melibatkan lebih dari 6000 anak usia 9 tahun, dan anak usia 11 tahun,
ikatan emosional orang tua dengan anak akan berdampak positif bagi anak.
Potensi anak untuk menjadi anak bermasalah jadi jauh lebih kecil jika orang tua
akrab dengan anak.
Pada saat anak akrab
dengan orang tua, anak mendapat curahan kasih sayang, merasa mendapat
perlindungan, dan nasehat nasehat orang tua lebih mudah bisa diterima anak.
Maka wajar jika keakraban ini bagian penting yang harus diperhatikan orang tua.
6.
Hindari Bertengkar Di Hadapan Anak Anak

Perselisihan dalam
keluarga memang tidak bisa dihindari. Namun sedapat mungkin orang tua
mengontrol emosi sehingga tidak sampai terlihat oleh anak.
7.
Penuh Kelembutan
Suatu ketika nabi
muhamaad saw mencium Hasan bin Ali. Dan al Aqra’ yang melihatnya berkata. “aku
memiliki 10 anak dan aku tidak pernah mencium mereka.” Maka nabi kemudian
menasehati, “barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi.”
Menyayangi anak
dengan penuh kelembutan bisa dengan berbagai cara. Baik dengan perkataan yang
tidak menusuk perasaan, maupun dengan perbuatan seperti mencium, memeluk, dan
yang lainnya. Intinya berlemah lembutlah pada anak agar tumbuh jiwa kelembutan
pada dirinya.
8.
Memberi Lingkungan Yang Baik
Lingkungan yang
dimaksudkan di sini paling tidak mencakup 2 hal, yaitu lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitar. Keluarga adalah basis awal penentu akhlak anak. Maka jangan
pernah remehkan untuk menjadikan rumah yang banyak terdengar lantunan ayat al
Quran, televisi yang menyajikan kajian Islam, hidupnya sepertiga malam untuk
shalat tahajud. Semua ini akan berpengaruh terhadap kepribadian anak.
Masyarakat sekitar
rumah juga berpengaruh besar pada akhlak anak. Maka ketika memutuskan untuk
tinggal di suatu tempat, selidiki bagaimana tetangga sekitar. Jangan sampai
hidup di tengah tengah masyarakat yang suka mabuk dan judi.
9.
Membatasi Pergaulan Anak
Di jaman sekarang,
membatasi pergaulan anak bukan hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.
Karena anak bisa bergaul lewat WA, face book, dan berbagai sarana yang lain.
Anak remaja sangat rentan terhadap godaan godaan pergaulan. Maka sedapat
mungkin orang tua harus selektif memilih dan mengontrol pergaulan anak. Jika
sudah menuju pada arah yang tidak baik, jangan menunda nunda untuk membatasi
pergaulan anak tersebut.
10.
Adil Dalam Kasih Sayang
Biasanya anak bungsu
adalah anak yang mendapat curahan kasih sayang yang berlebih dibanding yang
lain. Atau jika orang tua punya 3 anak putri dan satu putra, biasanya yang anak
putra ini yang mendapat limpahan kasih sayang yang lebih banyak. Harus hati
hati, semua anak ingin mendapat perlakuan adil dalam kasih sayang orang tuanya.
Dampak ketidak
adilan, biasanya anak akan memberontak, susah diatur, dan susah dinasehati. Islam
mengajarkan keadilan, karena keadilan ini jadi pondasi kebaikan.
11.
Hindarkan Mencela
Menurut penelitian,
anak yang sering mendapatkan celaan dan label atau ucapan yang negatif akan
berdampak pada pembengkakan di batang otak sehingga menekan sistem lembik yang
berperan penting terhadap pengendalian emosi.
Anak terkadang
memang bandel dan keras kepala. Tapi hindari menyebutnya dengan sebutan nakal,
bandel, pembuat onar, dan semisal itu. Lebih baik gali potensi kelebihannya dan
berikan penghargaan atas kelebihannya itu.
12.
Mengawasi Media Yang Dilihat Anak
Salah satu teori
tentang dampak media adalah teori jarum suntik. Artinya media akan bisa dengan
cepat merubah pola pikir anak dan pandangan hidupnya. Seperti jarum suntik yang
bisa menyebarkan cairan yang ada di dalamnya dengan cepat ke seluruh tubuh.
Anak seringkali
masih belum bisa memfilter dari apa yang didapat dari media. Maka perhatikanlah
apa yang dilihat anak ketika berinternet, atau menonton televisi.
13.
Pilihkan Sekolah Yang Baik.
Alhamduillah saat
sekarang ini sudah menjamur sekolah bernuansa Islami. Dengan menyekolahkan di
sana, maka anak akan mendapat kurikulum yang Islami, guru guru yang baik, dan
teman teman yang terjaga akhlaknya atau tidak nakal.
14.
Berikan Buku Dan Majalah Islami
Jadikan anak suka
membaca, namun jangan sekedar membaca. Misalnya membaca komik dan novel yang
kurang bermanfaat. Tapi pengaruhi anak untuk membaca buku dan majalah
keislaman. Caranya adalah dengan menyediakan buku dan majalah yang menarik dan
beragam. Sesekali membaca komik dan novel tidak mengapa, namun lebih bermanfaat
jika anak tertarik dengan buku keislaman
15.
Membuat Kesepakatan Kesepakatan Yang Jelas
Maksudnya ketika
orang tua membuat suatu aturan pada anak, usahakan untuk tidak merancang secara
sepihak. Libatkan anak dengan berkomunikasi dengannya. Misalnya memberi pilihan
pada anak jam belajar setelah maghrib atau isya.
Dengan mendiskusikan
dengan anak, maka anak merasa bertanggung jawab terhadap peraturan yang telah
dia sepakati tersebut.
16.
Berikan Hukuman Yang Mendidik
Inti dari hukuman
yang mendidik adalah hukuman yang membuat jera anak sehingga tidak mengulangi
kesalahan, sekaligus adanya unsur kemanfaatan dalam hukuman itu. Dan hukuman
ini adalah hukuman yang ada hubungannya dengan kesalahan anak.
Misalnya ketika anak
malas mengaji, beri hukuman dengan menambah waktu mengaji. Ketika anak bercanda
ketika shalat, hukum anak dengan mengulang shalatnya dan beristighfar 50 kali.
Anak akan bisa jera, sekaligus ada manfaat dalam hukuman ini.
17.
Ajarkan Aqidah
Sejak anak masih
balita mulai ajarkan aqidah yang benar. Seperti: Allah satu satunya yang
diibadahi, Allah tidak memiliki anak, Allah tidak butuh bantuan pada makhluk,
dan sebagainya.
Meskipun tampaknya
sederhana, namun aqidah ini yang akan menjadi pondasi keyakinan anak.
18.
Pantau Shalat Anak
Sejak anak berusia
tujuh tahun, Rasulullah saw telah menyuruh untuk membiasakan anak dengan
shalat. Meskipun anak belum baligh, Rasulullah saw mengajarkan agar anak harus
sudah bisa rutin melaksanakan shalat. Karena shalat adalah rukun Islam yang
tidak mudah melaksanakannya secara rutin sehari semalam lima kali. Perlu ajaran
pembiasaan.
Diharapkan setelah
baligh anak sudah terbiasa sehingga tidak merasa terbebani lagi dengan
kewajiban shalat.
19.
Ajarkan Berinfak
Mengajarkan berinfak
bisa melalui berbagai cara, yang diantaranya adalah memberi pengertian tentang
kewajiban serta manfaat infak, dan memberi contoh nyata berinfak. Misalnya saat
ada peminta minta di depan rumah, beri anak uang untuk diberikan pada peminta
minta itu. Jadi anak bukan sekedar mendapat ajaran teori berinfak, tapi juga
sudah mempraktekkannya.
20.
Akrabkan Anak Dengan Al Quran
Membaca alquran bisa
menenangkan hati, mendatangkan pahala, dan mendatangkan petunjuk Allah. Maka
biasakan agar anak membaca Al Quran setiap hari. Caranya adalah jangan sekedar
menyuruh anak membacanya, tapi juga berikan contoh nyata dari orang tua.
21.
Libatkan Anak Dalam Kegiatan Sosial
Misalnya libatkan
anak dalam kerja bakti di lingkungan RT, atau kegiatan lain di tengah tengah masyarakat.
Agar anak terbiasa mengenal lingkungan, punya kepedulian sosial, dan belajar
bagaimana agar bisa diterima di tengah tengah masyarakat.
22.
Ajarkan Anak Untuk Faham Mana Yang Baik Dan
Buruk
Tidak semua anak
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bahkan saat anak memasuki
usia remaja terkadang masih belum bisa membedakannya pada beberapa hal.
Misalnya anak lebih memilih membela kelompok atau temannya meskipun teman atau
kelompoknya itu dalam posisi yang salah. Baginya, tindakan membela mereka adalah
wujud setia kawan. Dan hal itu menurut mereka adalah tindakan yang benar. Tentu
hal seperti ini perlu diluruskan
Saat kecil barangkali
anak telah diajari kebaikan dan keburukan. Tapi ingat, dalam perkembangannya
anak bisa terpengaruh teman dan media. Maka mengajarkan mana yang baik dan
buruk harus dilakukan terus menerus.
23.
Ajarkan Anak Mengelola Uang
Ketika anak masih
kecil, ajarkan untuk tidak boros membeli semua yang dia inginkan. Jika sudah
lebih besar, ajarkan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Yang
harus dipenuhi adalah kebutuhan hidup, sedang keinginan bisa diatur dan
dibatasi menyesuaikan keadaan uang.
24.
Ajarkan Akhlak
Orang yang baik
adalah yang terjaga akhlaknya. Meskipun seseorang punya catatan ibadah yang sangat baik, namun jika akhlaknya tercela maka
dia masih belum sempurna.
Akhlak ini adalah
buah dari pembiasaan. Maka ajarkan anak berulang ulang tentang akhlak agar
melekat dalam karakternya.
25.
Sibukkan anak dengan kegiatan positif
Anak jadi kecanduan
bermain game online, atau keluar rumah bermain dengan temannya tanpa arah yang
jelas, adalah karena anak punya waktu yang tidak terkontrol dengan baik
pemanfaatannya. Maka sedari awal berikanlah anak kesibukan. Misalnya ikut TPQ,
les prifat, atau kegiatan lain yang bermanfaat.
26.
Mengajak anak ke pengajian
Manfaat mengajak
anak ke pengajian diantaranya adalah untuk menambah ilmu, menambah kualitas
ibadah dan akhlak, dan makin mempererat hubungan orang tua dan anak. Maka
jangan enggan untuk mengajak anak ke Masjid tertentu yang mengadakan pengajian.
27.
Ajarkan anak batasan interaksi laki laki dan
perempuan
Sejak anak kecil,
mulai berikan pemahaman batasan ini. Ketika anak sudah baligh, lebih diperketat
lagi pengawasannya. Agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah,
apalagi sampai masuk ke pergaulan bebas.
28.
Berdoa
Allah bisa membolak
balikkan hati, maka perkuat dan perbanyak berdoa pada Allah. Mohon pada-Nya
untuk dikaruniai keturunan yang shalih dan shalihah.
Demikian cara mendidik anak yang baik menurut islam. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar