Tugas berat bagi seorang kepala rumah tangga adalah memberi nafkah.
Seseorang terkadang sampai harus berangkat pagi pulang malam bekerja mencari
nafkah untuk keluarganya. Badan lelah diabaikan, bahkan kadang kondisi sakit
juga dipaksa bekerja agar anak istrinya bisa makan.
Karena beratnya memberi nafkah inilah, terkadang seorang laki-laki lari
dari tanggung jawab. Sudah menikah, punya anak, ditinggal begitu saja. Anak dan
istri akhirnya menjadi korban.
Bagi laki-laki yang rela bertanggung jawab terhadap kelangsungan keluarga,
yakinlah di balik tugas berat itu tersimpan balasanya. Balasan inilah yang
menjadi keutamaan yang tidak akan didapatkan bagi orang yang hengkang dari
tanggung jawabnya.
Apa saja keutamaan memberi nafkah ini? Berikut di bawah ini diantara
keutamaannya
Sebagai Sedekah Yang Paling Utama
Nilai keutamaan dari sedekah berbeda-beda sesuai jenisnya. Sedekah yang
wajib balasannya lebih besar dari pada sedekah yang sunah. Karena sesuatu yang
wajib harus didahulukan untuk ditunaikan dibandingkan yang sunah. Sedekah pada
keluarga dalam wujud memberi nafkah adalah wajib bagi kepala keluarga. Maka
sedekah tipe ini harus didahulukan dan akan bernilai lebih tinggi balasannya di
bandingkan yang lain.
Diriwayatkan hadis dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “dinar
yang engkau infakkan fi sabilillah, dinar yang engkau berikan untuk membebaskan
budak, dinar yang engkau sedekahkan pada
orang miskin, dan dinar yang engkau berikan untuk nafkah keluargamu, maka
pahala yang paling besar yang didapatkan adalah yang engkau berikan untuk
nafkah keluargamu.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi sebagai ulama yang mengarang kitab syarah atau penjelasan hadis
ini menuliskan judul untuk hadis ini, “keutamaan nafkah untuk keluarga dan
hamba sahaya, dan dosa bagi orang yang lalai dan tidak memberi nafkah untuk
mereka.” Beliau juga menjelaskan bahwa menafkahi keluarga itu lebih utama
dibandingkan dengan sedekah sunah.
Rasulullah saw juga bersabda dalam hadis yang berbeda, “sesungguhnya
jika seorang muslim memberi nafkah pada keluarganya berharap mendapatkan
pahala, maka akan menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Sa’ad, Rasulullah saw juga bersabda,
“suatu nafkah yang engkau berikan kepada keluargamu akan diberikan pahala
kepadamu, hingga termasuk sesuap makanan yang engkau berikan ke mulut istrimu.
(HR. Bukhari Muslim)
Tercatat Telah Melaksanakan Kewajiban Sebagai Kepala Keluarga
Memberi nafkah kepada keluarga adalah kewajiban seorang suami. Allah berfirman, “dan (diwajibkan kepada
suami) atas anak-anaknya untuk memberinya makan dan pakaian.” (QS. Al
Baqoroh: 233)
Jika seorang laki-laki menikah dan tidak memberi nafkah pada keluarganya,
maka dia berdosa. Seorang istri boleh untuk memiinta cerai jika suaminya lalai
dari kewajiban ini.
Ibnu Hajar al-Asqolani menjelaskan, “memenuhi nafkah kepada keluarga adalah
wajib hukumnya bagi suami. Syariat mengkategorikannya sebagai amal bernilai
sedekah, untuk menghindari prasangka bahwa memberi nafkah kepada keluarga tidak
mendapat pahala apa-apa. Seseorang mengetahui bahwa sedekah akan mendapatkan
balasan dari Allah, maka menyebutnya sebagai sedekah akan lebih memudahkan
pemahaman syariat.”
Dan hendaknya nafkah yang diberikan ini adalah nafkah yang halal. Meskipun sedikit,
nafkah halal akan lebih baik dari pada nafkah banyak tapi didapat dari sesuatu
yang haram. Keluarga lebih tahan terhadap nafkah yang pas-pasan dari pada harus
menanggung bahaya rejeki haram yang berujung siksa neraka.
Baca juga: cara mengatur keuangan keluarga
Baca juga: 7 cara agar rumah tangga bahagia
Baca juga: cara mengatur keuangan keluarga
Baca juga: 7 cara agar rumah tangga bahagia
Membuat Harta Jadi Berkah
Bagian penting dari harta yang dimiliki seseorang adalah keberkahannya.
Sebab jika harta tidak berkah, seberapapun banyaknya harta akan berakibat
negatif bagi pemiliknya. Misalnya jatuh sakit sehingga menguras hartanya untuk
pengobatan, rumah terbakar hingga ludes segala kemewahan yang dia miliki. Atau
hartanya tetap utuh namun tidak bisa dia nikmati karena harus diet dari
berbagai jenis makanan jika tidak ingin kolesterolnya membahayakan fisiknya.
Jika harta berkah, meski sedikit namun dicukupkan oleh Allah dan diberikan
ketenangan dalam hatinya. Urusannya juga dipermudah oleh Allah.
Maka agar harta berkah seorang suami harus bertanggung jawab penuh
memberikan nafkah kepada keluarganya.
Abu Hurairah meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw yang bersabda, “Tidaklah
seorang hamba Allah berada di pagi hari melainkan dua malaikat akan turun dan
salah satunya berdoa, “ya Allah berikan ganti pada orang yang bersedekah.”
Sedang malaikat yang lain juga berdoa, “ya Allah beri kerugian pada orang yang
pelit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memberi nafkah keluarga terhitung sebagai sedekah, maka melaksanakannya
akan berujung mendapat keutamaan berupa keberkahan.
Benteng Dari Api Neraka
Akan menjadi sebuah petaka jika di akhirat kelak seseorang diputuskan untuk
masuk neraka. Azab pedih yang tidak terbayangkan akan menjadi kenyataan. Namun
bagi orang yang ikhlas memberi nafkah pada keluarganya akan bisa mendapatkan
keutamaan terhalang dari neraka ini.
Aisyah meriwayatkan “telah datang kepadaku seorang ibu bersama dua putrinya
meminta makanan. Namun dia hanya mendapatkan dariku sebutir kurma karena memang
tidak ada makanan padaku. Ibu itu kemudian memberikan sebutir kurma itu untuk
kedua putrinya, sedang dirinya sendiri tidak memakannya. Setelah itu mereka
pergi keluar. Kemudian masuklah Nabi muhammad saw, dan aku mengabarkan tentang
peristiwa tadi. Maka nabi saw bersabda, “siapa yang diuji atas anak
perempuannya lalu berbuat baik padanya maka dia akan terhalang dari api neraka.”
(HR. Bukhari – Muslim)
Termasuk Amal Fi Sabilillah
Rasulullah saw bersabda, “apabila seseorang keluar berusaha untuk
mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil, maka dia berada fi
sabilillah (di jalan Allah). Apabila dia keluar bekerja untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri agar tidak menjadi peminta-minta, maka dia fisabilillah.
Apabila dia keluar karena maksud riya dan sombong, maka dia berada di jalan
setan.” (hadis shahih menurut al-Albani)
Suami Jadi Terhormat
Apa jadinya jika seorang suami tidak mengurusi keluarganya? Bagaimana pandangan
masyarakat jika seorang suami pengangguran sementara sang istri pontang panting
bekerja mencari uang? Kedua kondisi di atas adalah realita yang bisa dijumpai
di tengah masyarakat. Memprihatinkan, karena keluarga akan jadi berantakan.
Saat suami tidak menjalankan kewajibannya, maka nilai kewibawaan dia di
tengah keluarga dan masyarakat akan jatuh. Orang-orang di sekitarnya baik
terang-terangan atau sembunyi-sembunyi akan mencibirnya. Nilai seorang suami
ada pada rasa tanggung jawabnya pada keluarga, maka jika dia mengabaikan akan
terendahkan.
Istri tidak akan menghormati dan mencintai, anak tidak akan patuh pada
orang tua bertipe buruk seperti ini, keluarga besar akan membencinya, dan
masyarakat akan menghinanya.
Sebaliknya bagi seorang suami yang bertanggung jawab memberi nafkah kepada
keluarganya, maka dia akan mendapatkan keutamaan sebagai orang terhormat. Istri
akan patuh padanya, anak akan menghormatinya, keluarga besar akan segan
kepadanya, dan masyarakat juga akan menghormatinya.
Itulah berbagai keutamaan memberi nafkah kepada keluarga. Semoga dengan
mengetahui keutamaan – keutamaan ini menyebabkan kepala keluarga semakin giat
mencari nafkah untuk anak dan istrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar